Jumat, 15 November 2013

RAUDAH JAMBAK STAND UP COMEDY DI CITY HALL


Anak-anak adalah aset bangsa, maka hati-hati dalam mendidik anak-anak. Salah didik, maka salah anak-anak kita secara berkelangsungan, demikian inti tema Stand Up Comedy yang dibawakan Raudah Jambak yang cukup membuat 'sakit' perut penonton. Dengan begitu lihai mengolah kata humor  Raudah Jambak di City Hall, Juma'at, 16 November 2013, pkl. 20.00 WIB. "Si Ririn kocok Raudah termasuk siswa SD yang lambat daya tangkapnya atau mungkin kelewat cerdas, ketika ditanya nama-nama Pahlawan semua siswa tahu, kecuali Ririn. Sehingga ia tinggal seorang yang belum menjawab. Akhirnya diberi tugas (PR) termudah siapa nama Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono. Begitu pulang, Ririn bertanya kepada Ibunya yang lagi sakit gigi. Mak, siapa nama Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono. Mamaknya dalam keadaan marah nyeletuk, kurang ajar nggak ada otokmu. Ririn bingung lantas bertanya pada kakaknya yang lagi nonton Film tiga cewek petualng. kak siapa nama Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono? kakaknya antara sadar dan tidak berucap Julia Perez. Ririn makin bingung. Bertanyalah dia sama Bapaknya yang lagi HP-an sama Bosnya. Pak siapa nama Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono. Siap, Bos, Baik, Bos.... Keesokan harinya di sekolah ditanyalah oleh gurunya. Bagiamana, Rin? Siapa Presiden Indonesia sekarang? Kurang ajar nggak ada otakmu. Bu Guru langsung marah, hei Rin, siapa yang mengajarimu? Julia Perez jawab Ririn spontan. Bu Guru semakin kesal, keluar kamu sekarang! Siap, Bos. Keluar!!!!!! Ririn tetap menjawab, Baik Bos..... Demikian salahsatu bagian kocok kata olahan Raudah Jambak.

Siklus Ind Art, YOAM dan SD Harapan

“Ini adalah masalah penderitaan dan perbudakan melawan sejarah kekejaman dan penindasan. Ini adalah kasta melawan kasta.” “Raja Catur”, adalah kisah yang diadaptasi dari naskahkarya Kenneth Sawyer Goodman atau dikenal dengan Kenneth Arthur, seorang penulis naskah teater asal Amerika Serikat pada 1916 dengan judul asli The Chess.
Kisah ini mengambil setting kisah revolusi Rusia 1904. Selanjutnya, oleh WS Rendra, naskah ini diterjemahkan dengan judul “Lawan Catur”.
Pada kesempatan kali, Teater Siklus Ind Art mengadaptasi naskah tersebut dengan judul Raja Catur. Sebuah kisah konflik yang berlatar kisah revolusi social 1946 di wilayah Kesultanan Sumatera Timur, Sumatra. Di mana, Kesultanan Melayu Sumatera Timur menjadi korban kemarahan rakyat akibat tekanan dua idiologi dunia yang sedang berkembang, yakni liberal kapitalisme dan sosialis komunisme.
Teater Siklus Ind Art menampilkan pertunjukan teater satu babak berdurasi 60 menit. Naskah asli Raja Catur adalah Lawan Catur. Sebuah karya dari seorang penulis naskah Amerika Serikat, Kenneth Sawyer Goodman. “Tapi untuk kepentingan penonton, saya mengadaptasinya pada konteks local dengan mengubah judulnya menjadi Raja Catur,” tutur sutradara Darma Lubis.
Produksi Teater Siklus Ind Art kali ini dipimpin Renta Morina Nababan sebagai Manajer Produksi. Lakon ini sendiri akan digelar di Maple Theater, City Hall Grand Aston Medan, pada Jumat dan Minggu (15-17 November) pukul 19.30 wib. Raja Catur sendiri sebelumnya telah digelar di Bali dan Jogjakarta. Tepatnya di Gedung Pertunjukan Utama Art Centre Bali (Taman Budaya Bali) pada Sabtu, 14 September 2013. Kemudian pagelaran serupa juga telah digelar di Gedung Societed, Taman Budaya Yogyakarta pada Senin, 16 September 2013. “Kali ini, kita akan tampil di Medan dan mendorong para penonton teater di Kota Medan untuk berbagi kasih.
Sebab, sebagian hasil penjualan tiket pertunjukan ini akan disumbangkan kepada Yayasan Onkologi Anak Medan (YOAM) untuk membantu mereka dalam mendampingi para penderita kanker darah,” ujar Manajer Produksi Teater Siklus Ind Art, Renta Morina Nababan kepada wartawan di Medan, Kamis (7/11).
Renta yang akrab disapa dengan Iren ini menyebutkan bahwa pertunjukan kali ini mendapat dukungan dari beberapa lembaga dan instansi yang ada di Kota Medan. Dalam kegiatan ini, Teater Siklus Ind Art juga akan menampilkan beberapa pertunjukan tambahan seperti stand up comedy, testimoni dari para penderita kanker darah ataupun keluarga besarnya dan pertunjukan anak-anak dari SD Harapan I Medan. “Bantuan kami mungkin tidak berarti, tapi setidaknya kami ikut menyebarluaskan pesan tentang betapa penting membantu para penderita kanker darah ini,” tambah Iren lagi.
Sementara itu, Wakil Ketua YOAM, Jenny Ong, mengatakan bahwa acara ini sangat didukung oleh YOAM. “Bukan sekedar mencari untuk saja, tapi bagaimana menyebarkan pesan tentang pentingnya membantu para penderita kanker darah yang ada di Sumatera Utara,” timpal Jenny.
Charity on Theatre
Teater Siklus Ind Art akan tampil di City Hall, Hotel Grand Aston Medan pada 15 dan 17 November 2013. Pagelaran ini akan dimulai pukul 19.30 wib. Harga undangan untuk kegiatan ini Rp250 ribu/orang. Di mana, reservasi tiket dapat menghubungi Renta Morina Nababan (0811925299) atau Ririn (082163964547). “Soalnya, seatnya sangat terbatas. Hanya 220 seat yang kita sediakan untuk penonton selama dua hari,” tambah Iren lagi.